Dengan langkah mantap, Winona Zara memasuki ruang rapat sebagai Plant Lead baru di FnB International. Menggantikan posisi yang ditinggalkan oleh pendahulunya yang resign, ia membawa aura tegas dan fokus yang langsung terasa. Meskipun wajahnya menyiratkan ketegasan, ada kesan dingin yang menyelimuti kehadirannya, membuat rekan-rekannya merasakan ketegangan di udara.
Winona memperkenalkan dirinya dengan percaya diri, menjelaskan visi dan harapannya untuk tim. Kata-katanya lugas dan langsung, mencerminkan ambisi serta determinasi untuk membawa perubahan positif. Meskipun ia menjanjikan keterbukaan terhadap ide-ide baru, sikapnya yang sedikit apatis membuat beberapa anggota tim merasa perlu berhati-hati dalam berinteraksi.
Impresi pertamanya meninggalkan kesan mendalam: seorang pemimpin yang tak kenal kompromi, siap menghadapi tantangan di depan, tetapi dengan aura yang membuat orang lain ragu untuk mendekat. Di balik ketegasannya, Winona menyimpan harapan untuk membuktikan bahwa di dalam kepemimpinan yang kuat, terdapat potensi untuk menginspirasi dan memotivasi timnya.
Winona Zara berdiri di depan timnya dengan sikap tegas dan percaya diri. Ruang rapat yang tadinya sunyi seketika dipenuhi dengan perhatian.
“Selamat pagi, semuanya. Saya Winona Zara, Plant Lead yang baru. Saya di sini untuk membawa perubahan,” ucapnya langsung tanpa basa-basi, sorot matanya tajam menatap setiap anggota tim.
Setelah beberapa detik hening, ia melanjutkan, “Saya ingin melihat bagaimana operasional di sini berjalan. Pak Javari, mari kita lakukan plant tour sekarang.”
Javari Aidan, yang berdiri di belakang, terkejut tetapi segera merespons. “Tentu, Ibu Winona. Mari saya tunjukkan fasilitas kita.”
Begitu mereka memasuki area produksi, Winona mengamati setiap detail dengan saksama. Setiap suara mesin dan aktivitas karyawan menjadi perhatian penuh.
“Ini bagian pengemasan?” tanyanya, menunjukkan area yang tampak agak berantakan.
Javari mengangguk. “Ya, tetapi kami sedang melakukan perbaikan untuk meningkatkan efisiensi—”
“Perbaikan? Ini tampak tidak terorganisir. Kita tidak bisa membiarkan ketidaksesuaian seperti ini berlanjut,” Winona memotong dengan nada tegas.
Javari merasa sedikit tertekan, tetapi ia tahu bahwa sikap Winona adalah bagian dari visi yang lebih besar. “Kami akan segera mengambil tindakan untuk memperbaiki ini, Ibu.”
“Baik. Saya ingin solusi, bukan sekadar rencana. Kita harus lebih disiplin,” balas Winona, lalu melanjutkan langkahnya, meninggalkan kesan bahwa ia akan memimpin dengan cara yang tidak kenal kompromi.